Minggu, 01 Januari 2012

Tujuan dan Materi Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah antara Harapan dan Kenyataan


A.    Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam konteks kurikulum tujuan yang dimaksud adalah tujuan institusional atau tujuan lembaga pendidikan. Dimana setiap lembaga pendidikan mempunyai perbedaan dalam menentukan tujuan tersebut. Adapun mata pelajaran bahasa arab di madrasah ibtidaiyah memiliki tujuan sebagai berikut:
a.       Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa arab, baik lisan maupun tulis yang mencakup empat kemahiran berbahasa, yakni menyimak ( istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).
b.      Menumbuhkan kesadaran pentingnya bahasa arab sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran islam.
c.       Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian, peserta didik diharapkan memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.
Standar kompetensinya:
a.       Al-istima’: memahami informasi lisan melalui kegiatan mendengar tentang…
b.      Al-kalâm: mampu mengungkapkan informasi secara lisan tentang…
c.       Al-Qiraah: memahami wacana tertulis tentang…
d.      Al-kitabah: mampu menuliskan kata, kalimat, ungkapan sederhana tentang…

Kompetensi dasarnya:
a.       Al-istima’: mengenal bunyi huruf, memahami makna kata tentang…
b.      Al-Kalâm: mengucapkan kata secara benar, melakukan percakapan, menyampaikan   inormasi tentang (tema)…
c.        Al-Qirâah: melafalkan huruf , memahami arti tentang…
d.       Al-Kitâbah: mampu menuliskan huruf, kata, kalimat dalam wacana tentang…


Pada dasarnya tujuan pembelajaran bahasa arab di madrasah ibtidaiyah belum mencapai tujuan yang diharapkan meliputi 4 kemahiran berbahasa yaitu kalam, qira’ah, istima’, dan kitabah. Berdasarkan hasil survey lapangan di Madrasah Ibtidaiyah Wahid Hasyim Yogyakarta tujuan bahasa arab hanya memprioritaskan 2 kemahiran saja yaitu kalam dan istima dimana siswa dituntut untuk dapat berkomunikasi menggunakan bahasa arab, meskipun 2 kemahiran lainnya tidak diabaikan.
Pembelajaran bahasa arab di Madrasah Ibtidaiyah menurut penulis serba tanggung karena hanya 2 kemahiran saja yang diprioritaskan yaitu kalam dan istima saja. Seharusnya pembelajaran bahasa arab di MI itu mencakup semua kemahiran yang mana kemahiran itu diperkenalkan secara umum, yaitu meliputi penguasaan bahasa arab jangka pendek dan jangka panjang, yaitu:
a.       Jangka pendek
·         Mengerti dan menguasai kosa kata pembicaraan bahasa arab
·          Menanamkan rasa cinta pada bahasa alqur’an
·          Mengenal bahasa Arab
·          Membaca huruf al Qur'an
·         Memahami dan mengerti bahasa Arab
·         Bercakap-cakap dengan baik dan benar
·         Mahir berbahasa Arab secara sederhana
·          Dapat menghafal
b.      Jangka panjang
·         Berkomunikasi bahasa Arab dengan fasih
·          Menguasai bahasa al Qur'an & yaumiyyah
·         Memahami (bahasa) al Qur'an
·         Menguasai bahasa Arab
·         Mampu bercakap-cakap
·         Membaca kitab kuning dan mendalami ilmu agama
·         Bisa menerjemah dengan benar





B.     Materi Pembelajaran
Materi merupakan salah satu komponen kurikulum terpenting guna mencapai tujuannya. Materi kurikulum hakikatnya isi pendidikan yang meliputi materi ilmu, penanaman nilai-nilai dan pembentukan sikap. Adapun tema materi bahasa arab di madrasah ibtidaiyah adalah:
a.       Kelas lV    Sm l : At-Ta’âruf,  al-Adawâtul-madrasiyyah, dan al-Mihnah;
                                    Sm 2: Al-‘Unwân, Usratî, dan A’dlâ ul-insân;
b.      Kelas V    Sm 1: Fil-Bait, Fil-Hadîqah dan al-Alwân;
                                   Sm 2: Fil-Madrasah, fil-Ma’mal, fil-Maktabah dan fil-mqshaf;
c.       Kelas VI  Sm l : As-Sâ’ah dan al-Af’âlul-yaumiyyah;
                                   Sm 2: Al-Wâjibul-manziliy.
            Dalam menetapkan urutan materi mesti mempertimbangkan fase-fase perkembangan peserta didik, perbedaan individual, dan perlu disiapkan materi yang berorientasi pada pendidikan spritual, emosional, disamping intelektual. Tetapi kenyataannya, masih banyak materi yang diajarkan tidak sesuai dengan materi yang diharapkan. Dimana, kebanyakan guru mengajarkan materi tidak melihat kemampuan peserta didik dan tidak urut sesuai dengan silabus pembelajaran bahasa arab.
Materi bahasa arab di Madrasah Ibtidaiyah menurut penulis belum ideal karena banyak materi yang diajarkan berawal dari mudah- sukar- sedang- sukar- mudah yang menyulikan peserta didik dalam menerima materi yang diajarkan, sedangkan idealnya materi itu berawal dari mudah- sedang- lalu sukar agar memudahkan peserta didik dalam menerima pelajaran.
Pada pembelajaran bahasa arab di Madrasah Ibtidaiyah idealnya menggunakan nadzariyatul wahdah (all in one system) yang mana bahasa arab diajarkan dari berbagai aspek kemahiran tanpa memisah- misahkan bahasa tersebut, karena nadzariyatul furu cocoknya diterapkan pada lembaga seperti pondok pesantren yang mana bahasa arab diajarkan secara terpisah, nahwu sendiri, shorof, balaghoh, dll
Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran bahasa arab idealnya menurut penulis dibedakan menjadi 2 yaitu tujuan jangka pendek dan panjang yang mana berawal dari pengenalan bahasa arab yang dilanjutkan dengan pengusaan secara mendalam tentang bahasa arab itu sendiri. Adapun tentang materi, idealnya diajarkan dari mudah- sedang- sukar dengan menggunakan all in one system dengan memperhatikan berbagai aspek dari peserta didik.

wawancara


PENDAHULUAN
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut ialah: pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi pewawancara.
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan rehabilitas instrumen dan kualitas pengumpul data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Pengumpulan data dapat kita lakukan dalam berbagai seting,  berbagai sumber, dan berbagai cara, namun dalam makalah ini kami hanya akan mengulas teknik pengumpulan data melalui  interview atau wawancara.

PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN WAWANCARA
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung ( I. Djumhur dan Muh.Surya, 1985 ).
Wawancara adalah salah satu metode untuk mendapatkan data anak atau orang dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan face to face relation ( Bimo Walgito, 1987 ).
Wawancara adalah alat untuk memperoleh data atau fakta atau informasi dari seorang murid secara lisan ( Dewa Ktut Sukardi, 1983 ).
Wawancara informatif adalah suatu alat untuk memperoleh fakta/data informasi dari murid secara lisan . Dengan tujuan mendapatkan data yang diperlukan untuk bimbingan ( WS. Winkel, 1995 ).
Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta di lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber. Namun, bisa juga dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui telepon, internet atau surat (wawancara tertulis).

B.     TUJUAN WAWANCARA
Ada berbagai tujuan yang dapat dicapai dalam wawancara yaitu :
1.      Pengumpulan data penelitian : informasi dikumpulkan untuk mendapatkan penjelasan atau pemahaman mengenai suatu fenomena. Data dikumpulkan dengancara wawancara karena kuesioner tidak dapat diterapkan pada subjek subjek tertentu, atau ada kekhawatiran responden tidak mengisi kuesioner ataupun tidak mengembalikan kuesioner pada peniliti.
2.      Menciptakan hubungan baik diantara dua pihak yang terlibat ( subyek wawancara dan pewawancara ). Pertemuan itu harus bebas dari segala kecemasan dan ketakutan sehingga memungkinkan subyek wawancara menyatakan sikap dan perasaan dengan bebas, tanpa mekanisme pertahanan diri yang kadang-kadang menghambat pernyataannya.
3.      Menyediakan informasi yang dibutuhkan. Dalam wawancara kedua belah pihak akan mendapat kesempatan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkannya.
C.    MACAM-MACAM WAWANCARA
Wawancara  terdiri dari dua macam:

1.      Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

2.      Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas yang mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

D.    LANGKAH-LANGKAH WAWANCARA
a.      Sebelum Wawancara
1.      Menemukan siapa yang hendak diwawancarai. Sesungguhnya, fokus permasalahan lah yang membimbing Saudara untuk menentukan siapa saja yang akan menjadi subjek penelitian.
2.      Mencari tahu tentang bagaimana caranya mengadakan kontak (hubungan) untuk pertama kalinya dengan subjek penelitian (reponden) yang akan diwawancarai. Ketika Saudara telah bertemu dengan informan kunci (misalnya Bapak Kepala Desa atau Ketua RT/RW), maka Saudara tidak perlu segan untuk bertanya tentang identitas calon responden lainnya yang direkomendasikan oleh informan kunci tersebut.
3.       Menghubungi responden untuk mengadakan kontak pertama dengan calon responden. Saudara bisa langsung menghubungi nomor telepon atau HP calon responden, dan jangan sekali-kali hanya dengan mengirimkan Short Message Service (SMS) kepadanya, karena akan menimbulkan kesan “meremehkan” calon reponden.
4.      Mempersiapkan diri untuk menelaah kembali pokok-pokok pertanyaan yang akan diajukan. Panduan wawancara yang telah dibuat sebelumnya perlu Saudara cermati lagi, apakah sudah benar-benar mencakup data yang dibututuhkan? Sebaiknya, panduan wawancara itu benar-benar telah dihafalkan oleh Saudara, sehingga pelaksanaan wawancara akan benar-benar berlangsung alami, cair, dan tidak kaku.
5.      Mempersiapkan segala sesuatunya sebelum pelaksanaan wawancara. Saudara harus bisa memutuskan bagaimana sebaiknya anda berpakaian dan berpenampilan. Sesuaikan penampilan Saudara dengan status calon responden dan tempat wawancara akan dilaksanakan.

b.      Saat Wawancara
1.      Sebagai pembuka pembicaraan, Saudara perlu memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada responden. Kenalkan diri Saudara dan tujuan wawancara
2.      Setelah terjalin rapport antara Saudara dengan responden, maka tibalah saatnya Saudara meminta kesediaan responden untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang Saudara ajukan. Gunakanlah bahasa yang ringkas dan tidak bertele-tele saat Saudara mengajukan pertanyaan.
3.      Saudara harus memposisikan diri sebagai orang yang netral, ketika responden mengungkapkan pendapat dan pandangannya mengenai suatu peristiwa, konflik, atau perbedaan pendapat yang dialaminya.
4.      Usahakan Saudara bisa menyelingi kegiatan wawancara dengan joke-joke yang bisa menyegarkan suasana tanpa kehilangan arah pembicaraan.
5.      Di samping menggunakan alat perekam seperti tape recorder atau voice recorder, catatlah pokok-pokok pembicaraan responden yang memiliki keterkaitan dengan fokus pertanyaan.
6.      Jika data yang didapatkan dari responden sudah dianggap cukup, maka Saudara segera mengakhiri wawancara dengan mengucapkan terima kasih atas kerjasamanya.

c.       Setelah Wawancara
1.      Saudara harus segera mengecek keabsahan data yang dihasilkan melalui wawancara. Hal ini penting dilakukan untuk memastikan bahwa data yang dibutuhkan telah lengkap. Jika belum lengkap, segera hubungi responden untuk meminta kesediannya diwawancarai kembali.
2.      Saudara harus segera memindahkan catatan-catatan selama wawancara dan hasil rekaman menjadi transkrip wawancara (interview transcript).

E.     CONTOH TRANSKRIP WAWANCARA
 











































KESIMPULAN
Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta di lapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber. Namun, bisa juga dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui telepon, internet atau surat (wawancara tertulis).
Adapun tujuan yang dapat dicapai dalam wawancara yaitu : untuk pengumpulan data penelitian, menciptakan hubungan baik diantara pewawncara dan subyek  wawancara, dan menyediakan informasi yang dibutuhkan.
Wawancara ada dua macam:
a.       Wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh.
b.      Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas yang mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.